Wednesday, December 31, 2008

Kawinan Mbak Andin Killed Me

Yayaya, saya sudah mengurangi kemalasan menulis postingan baru.

Langsung sajalah. Jadi begini, tanggal 27 Desember lalu, saya bertugas menjadi penerima tamu di kawinan kakanya sahabat saya. Namanya Mbak Andin. Maksud saya nama kakaknya itu Mbak Andin, nama sahabat saya Nia.

Ceritany ya Nia itu sudah minta saya jadi penerima tamu jauuuh sebelum tanggal kawinannya fixed. Baru lamaran aja dia sudah minta saya jadi penerima tamu.
Ga deng. Haha.

Inilah cerita sebenarnya.
Nia: "Den, lo mau ga jadi penerima tamu kawinan kakak gue?"
Saya: "Anjis seriusan"
Nia: "Iyalah, Kanya sama Acha juga gue ajak" (Kanya dan Acha teman saya, red.)
Saya: "Gue ga professional lho"
Nia: "Maksud lo?"
Saya: "Gue kan ga pernah jadi penerima tamu, bu"
Nia: "Sabar ya den"

Ternyata, Tante Fika yang selama ini saya kenal adalah mamanya Nia pun menelfon mama saya di Jakarta untuk meminta saya jadi penerima tamu.
Atau biar lebih kewl, BEGGING.
Yeahahahaha.

---

Datanglah tanggal 27 Desember 2008 itu.
Sebenarnya saya ga terlalu excited juga. Dan lagi, jarak antara rumah saya dan lokasi yang di Hotel Mulia itu sangat dekat. Dekat sekali. Kira-kira 1,5 jam. Ditambah lagi dengan udara Jakarta yang luar biasa dingin pukul 2 siang. Amazing.

Sampai di Mulia, saya seperti orang tolol euy. Saya dateng kecepetan aja lho. Nia aja masih jemput mbak-mbak tukan salonnya. Tuhanku.
Setelah make up dan rambut saya diapa-apain, keadaan tidak kian membaik. Alasan pertama, muka saya jadi seperti badut. Kedua, setelah dipasangin kain, jalan saya jadi setengah meter per 3 menit. Sya jadi tau kenapa siap-siapnya dari jam 2 siang padahal kawinannya jam 7. Pasti karena jalannya jadi lama.

Dan disinilah kejadian laknat itu bermula.
Setelah dipasangin kain, maka saya pakai kebaya dong. Ya kan?
First piece. That tube inside the kebaya. Apa namanya sih? Daleman kebaya lah anggep aja.
Jadiii saya bikin kebaya itu kira-kira 3 minggu sebelum hari-H, dan saya kurus pada saat itu. Liburan di Jakarta memang agak menyesatkan. Parahnya, beberapa jam sebelum ke Mulia pun saya coba masih fine-fine saja.
And then, you know what?
Itu daleman kebaya ga muat aja lho. Dasar kain batik bikin sengsara. And the worst thing is.. setelah muat (dipaksain) oleh tante-tante nya Nia, resletingnya jebol.

Allahuakbar, yang bikin tukang jait atau pandai besi sih?

Diakalin lah. Pakai peniti. Tidak tertutup juga. Akhirnya tantenya Nia menemukan suatu ide cemerlang,

Tante: "Den, tante tau nih"
Saya: "Gimana tuh tante?"
Tante: "Cuek aja, pura-pura ga ada apa-apa"
Saya: "Jenius, tante"

Sayapun cuek sampai akhir kawinan. Bahkan mama saya baru tahu beberapa hari setelahnya. Benar-benar happy ending.
Hebat pisan euy.

Nuhun tante-tantenya Nia.


Cheers.

3 comments:

aldy said...

dennis, mau dong liat poto lo make kebaya hahahahahahahaha

sibudd said...

daleman kebaya namanya kemben bukan sih?
omfg..'katanya mau masuk kriya..
hahahahahah
den resoulusi gue dari 4 tahun yang lalu gettin thinner sampe sekarang ga kesampean aja gitu...
fuck abis..

Dennisa Syafdini said...

ahahahaaa
jangan bawa2 kriya dong bud takut gue..
hmm pokoknya di bandung gue mau ngurusin badan ah bud yeahaha